Doa Sehari Hari

Puasa Arafah: Bacaan Niat, Tata Cara dan Keutamaannya

×

Puasa Arafah: Bacaan Niat, Tata Cara dan Keutamaannya

Share this article
Puasa Arafah

Puasa Arafah – Puasa termasuk salah satu bentuk ibadah yang sangat penting dalam Islam. Jenis ibadah ini termasuk dalam salah satu rukun Islam yang menjadi bukti keislaman dari seorang Muslim. Oleh karenanya, seorang Muslim yang gemar berpuasa sebagaimana diajarkan oleh Nabi, maka ia termasuk hamba yang bertaqwa. Selain puasa wajib yang dilakukan pada bulan Ramadan, ada banyak puasa sunah yang bisa diamalkan oleh seorang Muslim. Salah satu puasa sunah yang ditekankan untuk dilaksanakan adalah puasa Arafah.

Puasa Arafah

Pada kesempatan ini akan dibahas mengenai puasa Arafah dan beberapa informasi penting yang terkait, termasuk keutamaan. Dengan memahami beragam hal tentang puasa Arafah, nantinya seorang Muslim bisa mengamalkan puasa sunah ini dengan lebih baik.

Apa Itu Puasa Arafah?

Puasa Arafah adalah salah satu jenis puasa sunah yang sangat dianjurkan karena memiliki manfaat yang sangat luar biasa. Salah satu keutamaan dari puasa ini adalah dihapuskannya dosa satu tahun yang lalu dan satu tahun yang akan datang.

Berkenaan dengan keutamaan dari puasa ini, Nabi Muhammad bersabda:

صِيَامُ يَوْمِ عَرَفَةَ أَحْتَسِبُ عَلَى اللَّهِ أَنْ يُكَفِّرَ السَّنَةَ الَّتِى قَبْلَهُ وَالسَّنَةَ الَّتِى بَعْدَهُ وَصِيَامُ

Yang artinya:

“Puasa Arafah (9 Dzulhijjah) dapat menghapuskan dosa setahun yang lalu dan dosa setahun yang akan datang.” (HR.Muslim).

Dari hadis di atas, bisa dilihat bahwa ada keutamaan luar biasa dari puasa Arafah jika dilaksanakan dengan baik. Selain itu, hadis di atas juga menjelaskan terkait waktu pelaksanaan puasa Arafah tersebut yaitu pada tanggal 9 zulhijah. Dinamakan puasa Arafah karena pada tanggal tersebut jamaah haji sedang berkumpul di Padang Arafah untuk menjalankan serangkaian ibadah haji.

Hukum Puasa Arafah

Sebagaimana disinggung di awal, puasa Arafah adalah puasa yang ditekankan untuk dilakukan. Hukum puasa ini adalah sunah muakad atau yang ditekankan. Meskipun seorang Muslim tidak berdosa ketika ia tidak menjalankan puasa ini, namun sebaiknya seorang Muslim berusaha untuk berpuasa sebagai wujud ketaqwaan seorang hamba dan usaha untuk mendapatkan keutamaan dari puasa tersebut.

Hukum Puasa Arafah Bagi yang Sedang Haji

Hokum puasa arafah adalah sunnah muakkabah. Sedangkan bagi muslim yang sedang menjalankan haji, tidak ada keutamaan menjalankan puasa arafah. Sebagaimana yang diterangkan dalam dalil-dalil berikut ini :

عَنْ عِكْرِمَةَ قَالَ دَخَلْتُ عَلَى أَبِى هُرَيْرَةَ فِى بَيْتِهِ فَسَأَلْتُهُ عَنْ صَوْمِ يَوْمِ عَرَفَةَ بِعَرَفَاتٍ فَقَالَ أَبُو هُرَيْرَةَ نَهَى رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- عَنْ صَوْمِ يَوْمِ عَرَفَةَ بِعَرَفَاتٍ

Dari Ikrimah, ia mengatakan: “aku masuk ke rumah Abu Hurairah lalu bertanya tentang puasa hari Arafah bagi (jamaah haji yang sedang) di Arafah.” Lalu Abu Hurairah menjawab, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam melarang puasa hari Arafah di Arafah” (HR. Ibnu Majah dan Ahmad)

Baca Juga :   Doa Kafarah Ghibah Atau Doa Penebus Dosa Ghibah

Sayyid Sabiq dalam Fiqih Sunnah mencantumkan hadits tersebut kemudian mengutip penjelasan Imam Tirmidzi. “Para ulama memandang sunnah berpuasa pada hari arafah kecuali apabila berada di Arafah,” kata penyusun Sunan Tirmidzi itu.

Keutamaan Puasa Arafah

Puasa arafah memiliki keutamaan yaitu menghapus dosa satu tahun yang lalu dan yang akan datang. Hal ini dijelaskan pada tujuh hadist shahih yaitu :

وَسُئِلَ عَنْ صَوْمِ يَوْمِ عَرَفَةَ فَقَالَ يُكَفِّرُ السَّنَةَ الْمَاضِيَةَ وَالْبَاقِيَةَ

Rasulullah ditanya tentang puasa hari Arafah, beliau bersabda: “Menghapuskan dosa satu tahun yang lalu dan satu tahun yang akan datang.” (HR. Muslim)

 

صِيَامُ يَوْمِ عَرَفَةَ أَحْتَسِبُ عَلَى اللَّهِ أَنْ يُكَفِّرَ السَّنَةَ الَّتِى قَبْلَهُ وَالسَّنَةَ الَّتِى بَعْدَهُ

“Puasa hari Arafah, aku berharap kepada Allah Dia menghapuskan dosa satu tahun sebelumnya dan satu tahun sesudahnya” (HR. Muslim)

صِيَامُ يَوْمِ عَرَفَةَ إِنِّى أَحْتَسِبُ عَلَى اللَّهِ أَنْ يُكَفِّرَ السَّنَةَ الَّتِى قَبْلَهُ وَالسَّنَةَ الَّتِى بَعْدَهُ

“Puasa hari Arafah, sesungguhnya aku berharap kepada Allah, Dia menghapuskan dosa satu tahun sebelumnya dan satu tahun sesudahnya” (HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah; shahih)

مَنْ صَامَ يَوْمَ عَرَفَةَ غُفِرَ لَهُ سَنَةٌ أَمَامَهُ وَسَنَةٌ بَعْدَهُ

“Barangsiapa berpuasa pada hari Arafah, maka ia diampuni dosa-dosanya setahun yang di depannya dan setahun setelahnya” (HR. Ibnu Majah; shahih)

مَنْ صَامَ يَوْمَ عَرَفَةَ غُفِرَ لَهُ ذَنْبُ سَنَتَيْنِ مُتَتابِعَتَيْنِ

“Barangsiapa berpuasa pada hari Arafah, maka dosanya diampuni selama dua tahun berurut-turut.” (HR. Abu Ya’la; shahih)

مَنْ صَامَ يَوْمَ عَرَفَةَ غُفِرَ لَهُ سَنَةٌ أَمَامَهُ وَسَنَةٌ خَلْفَهُ

“Barangsiapa berpuasa pada hari Arafah, maka ia diampuni tahun depannya dan tahun belakangnya.” (HR. Thabrani dalam Al Mu’jam Al Ausath; shahih lighairihi)

سَأَلَ رَجُلٌ عَبْدَ اللَّهِ بن عُمَرَ عَنْ صَوْمِ يَوْمِ عَرَفَةَ ؟ فَقَالَ : كُنَّا وَنَحْنُ مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَعْدِلُهُ بِصَوْمِ سَنَتَيْنِ

Seorang laki-laki bertanya kepada Ibnu Umar tentang puasa hari Arafah, dia menjawab, “Kami dulu bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menyamakannya dengan puasa dua tahun.” (HR. Thabrani dalam Al Mu’jam Al Ausath; hasan lighairihi)

“Dari Abu Qatadah Al-Anshariy (ia berkata),” Sesungguhnya Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam pernah di tanya tentang (keutamaan) puasa pada hari Arafah?” Maka dia menjawab, “ Menghapuskan (kesalahan) tahun yang lalu dan yang sesudahnya.”” (HR. Muslim no.1162 dalam hadits yang panjang)

Niat Puasa Arafah

Untuk menjalankan puasa ini, maka seorang Muslim harus berniat terlebih dahulu. Hanya saja, tidak ada hadis atau riwayat yang secara detail menjelaskan tentang niat untuk menjalankan puasa Arafah. Nabi dan para sahabat pun menjalankan puasa ini tanpa satu niat khusus dan mereka membaca niat hanya di dalam hati.

Oleh karenanya, untuk menjalankan puasa arafah, seorang Muslim bisa berniat dengan bacaan yang berbeda-beda, termasuk menggunakan bahasa Indonesia. Selain itu, niat juga hanya perlu dibaca dalam hati saja tanpa penekanan lisan.

Akan tetapi, salah satu bacaan niat yang cukup populer di kalangan masyarakat adalah sebagai berikut:

Niat Puasa Arafah yang Pertama

نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ عَنْ أَدَاءِ سُنَّةِ يَوْمِ عَرَفَةَ لِلهِ تَعَالَى

Dalam tulisan latin:

Nawaitu Shauma Ghadin ‘an Ada’i Sunnati Arafah Lillahi ta‘ala”.

Yang artinya:

Saya niat berpuasa sunnah Arafah esok hari karena Allah Ta’ala”.

Niat Puasa Arafah yang Kedua

نَوَيْتُ صَوْمَ عَرَفَةَ سُنَّةً لِلَّهِ تَعَالَى

Nawaitu shouma arofata sunnatan lillaahi taaalaa

Yang artinya :

“Saya niat puasa sunnah Arafah karena Allah Ta’ala”

Tentu, seorang Muslim bisa membaca bacaan niat tersebut dalam hati atau dengan bacaan lain. Selain itu, niat bisa dibaca ketika hendak melakukan puasa, bukan harus di malam sebelumnya sebagaimana puasa Ramadan.

Niat Puasa di Bulan Dzulhijjah selain Arafah

Bagi yang ingin menjalankan puasa 9 hari Dzulhijjah, berikut adalah niat nya :

  1. Niat puasa tanggal 1-7 Dzulhijjah

نَوَيْتُ صَوْمَ شَهْرِ ذِي الْحِجَّةِ سُنَّةً ِللهِ تَعَالَى

Nawaitu shauma syahri dhilhijjati sunnatan lillaahi ta’aala

Artinya : “Saya niat puasa sunnah bulan Dzulhijjah karena Allah Ta’ala”

  1. Niat puasa tanggal 8 Dzulhijjah

نَوَيْتُ صَوْمَ التَّرْوِيَةَ سُنَّةً ِللهِ تَعَالَى

Nawaitu shaumat tarwiyata sunnatan lillaahi ta’aala

Artinya : “Saya niat puasa sunnah tarwiyah karena Allah Ta’ala”

  1. Niat puasa tanggal 9 Dzulhijjah

نَوَيْتُ صَوْمَ عَرَفَةَ سُنَّةً ِللهِ تَعَالَى

Nawaitu shauma ‘arofata sunnatan lillaahi ta’aala

Artinya : “Saya niat puasa sunnah arafah karena Allah Ta’ala”

Tata Cara Puasa Arafah

Secara umum, tata cara untuk melaksanakan puasa Arafah tidak jauh berbeda dari menjalankan puasa lainnya. Hanya saja, demi kelancaran saat menjalankannya, adapun tata cara puasa Arafah yang perlu diketahui adalah sebagai berikut:

  • Melakukan niat puasa sebelum mulai berpuasa. Niat bisa dibaca di malam hari ataupun sebelum sahur. Bahkan, jika lupa, niat bisa dibaca di pagi hari asalkan belum makan, minum dan melalukan hal-hal yang membatalkan puasa
  • Menyantap makan sahur untuk kesempurnaan. Meskipun demikian, puasa seorang Muslim tetap sah jika ia kelupaan untuk makan sahur
  • Menahan diri dari perbuatan yang membatalkan puasa dari terbit fajar hingga terbenam matahari dan berusaha untuk melakukan hal-hal yang bisa meningkatkan pahala puasa
  • Menyegerakan berbuka puasa setelah waktunya tiba dengan tetap memperhatikan adab-adab berbuka puasa sebagaimana yang diajarkan oleh Nabi Muhammad
Baca Juga :   √ Puasa Syawal : Bacaan Niat, Tata Cara dan Keutamaannya

Selain beberapa tata cara di atas, hendaknya seorang Muslim melandasi pelaksanaan puasa Arafah dengan penuh keikhlasan. Hal ini penting agar ia mendapatkan berkah dan keutamaan dari Allah.

Keutamaan Puasa Arafah

Ada beberapa keutamaan yang akan didapatkan oleh seorang Muslim yang melaksanakan puasa Arafah dengan penuh keikhlasan. Beberapa keutamaan tersebut diantaranya adalah sebagai berikut:

  • Mendapatkan usia yang penuh berkah karena senantiasa diisi dengan berbagai ibadah untuk mendekatkan diri kepada Allah
  • Mendapatkan tambahan rezeki dari Allah berkaitan dengan amalan yang dilakukan. Rezeki yang dimaksud tidak hanya berupa harta, melainkan juga kesehatan tubuh, kelapangan hati, dan lainnya
  • Mendapatkan kebahagiaan dari hidup yang dijalani karena senantiasa mengingat Allah dan mengagungkan kekuasaan-Nya
  • Hati senantiasa menjadi lebih tenang karena berpuasa merupakan cara yang paling tepat untuk mengendalikan hawa nafsu. Selain ketenangan, seorang Muslim nantinya akan memiliki keimanan yang semakin baik
  • Mendapatkan pengampunan dosa dari Allah untuk dosa satu tahun yang telah lalu dan dosa satu tahun yang akan datang
  • Mendapatkan lebih banyak pahala karena sesungguhnya zulhijah termasuk bulan yang baik
  • Mendapatkan timbangan amal baik yang lebih berat di akhirat karena kehidupannya senantiasa dihiasi dengan melaksanakan ibadah sunah sebagaimana diajarkan oleh Nabi Muhammad

10 Kebaikan Menjalani Puasa Arafah

  1. Memperoleh keberkahan umur
  2. Bertambahnya rezeki
  3. Kehidupan rumah tangga lebih bahagia
  4. Diampuni dosa-dosanya
  5. Mendapat pahala berlipat ganda
  6. Dimudahkan saat sakaratul maut
  7. Diterangi alam kuburnya
  8. Sebagai pemberat amalan kebaikan
  9. Dilancarkan segala urusannya
  10. Naik martabatnya di sisi Allah SWT

Keutamaan Bulan Dzulhijjah

Selain membahas keutamaan Puasa Arafah, ada kalanya kita membahas Keutamaan Bulan Dzulhijjah yang sangat bermanfaat bagi umat muslim :

  • Termasuk Bulan 4 Bulan yang Istimewa dalam Islam

إِنَّ عِدَّةَ الشُّهُورِ عِنْدَ اللَّهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِي كِتَابِ اللَّهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ذَلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ فَلَا تَظْلِمُوا فِيهِنَّ أَنْفُسَكُمْ وَقَاتِلُوا الْمُشْرِكِينَ كَافَّةً كَمَا يُقَاتِلُونَكُمْ كَافَّةً وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ مَعَ الْمُتَّقِينَ

“Sesungguhnya bilangan bulan di sisi Allah ialah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi. Di antaranya empat bulan haram. Itulah agama yang lurus, maka janganlah kamu menzhalimi dirimu dalam bulan yang empat itu, dan perangilah kaum musyrikin itu semuanya sebagaimana mereka memerangi kalian semuanya. Dan ketahuilah bahwasanya Allah bersama orang-orang yang bertaqwa.” (Qs. At Taubah: 36)

Kemudian, dalam sabda Rasulullah SAW :

Baca Juga :   Kumpulan Doa Nabi Musa Dalam Al Quran Dan Artinya Lengkap

إن الزمان قد استدار كهيئته يوم خلق الله السموات والأرض، السنة اثنا عشر شهرا، منها أربعة حرم، ثلاثة متواليات: ذو القعدة وذو الحجة والمحرم، ورجب مضر، الذي بين جمادى وشعبان

“Sesungguhnya waktu itu berputar sebagaimana keadaannya ketika Allah menciptakan langit dan bumi. Setahun ada 12 bulan. Di antara bulan-bulan tersebut ada 4 bulan yang haram (berperang di dalamnya – pen). 3 bulan berturut-turut, yaitu: Dzulqa’dah, Dzulhijjah,  Al Muharram, (dan yang terakhir –pen) Rajab Mudhar, yaitu bulan di antara bulan Jumaada dan Sya’ban.” (HR. Al Bukhari)

  • Islam disempurnakan oleh Allah SWT pada bulan Dzulhijjah

Allah berfirman:

الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الْإِسْلَام دِينًا

“Pada hari ini telah Aku sempurnakan bagi kalian agama kalian, dan telah Aku sempurnakan nikmat-Ku atas kalian, dan Aku telah meridhai Islam itu agama bagi kalian.”  (Qs. Al Maidah: 3)

Para ulama sepakat bahwa ayat itu turun di bulan Dzulhijjah saat haji wada’di hari Arafah. Hal ini berdasarkan atsar dari Umar bin Al Khaththaab radhiyallaahi ‘anhu

  • Puasa arafah adalah diantara kekhususan umat islam

Puasa arafah dianjurkan untuk umat islam yang tidak menunaikan ibadah haji

  • Darah-darah hewan kurban ditumpahkan terbanyak pada bulan Dzulhijjah

Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

أفضل الحج العج والثج

“Sebaik-baik pelaksanaan haji adalah yang paling banyak bertalbiyah dan yang paling banyak berhadyu (menyembelih hewan sebagai hadiah untuk fuqara’ Makkah -pen).” (HR. Abu Ya’la, An Nasaa’i, Al Haakim, dan Al Baihaqi. Syaikh Al Albaani menilai hadits ini hasan)

Pada tanggal 10 Dzulhijjah adalah hari raya Idul Adha, dimana umat islam menyelenggaran penyembelihan hewan kurban setelah solat ied.

  • Bulan Dzulhijjah adalah bulan pertemuan umat islam seluruh dunia.

Di arafah, umat islam datang dari seluruh dunia untuk melakukan wukuf.

10 hari pertama bulan Dzulhijjah merupakan hari istimewa karena di hari-hari itu terkumpul berbagai macan ibadah yang bisa menjadi satu waktu dimana tidak dimiliki oleh bulan-bulan lain. Sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah juga merupakan momen yang digunakan Allah bersumpah dalam surat Al-fajr :

وَالْفَجْرِ (1) وَلَيَالٍ عَشْرٍ (2

Artinya, “Demi waktu subuh (1) Dan sepuluh malam (2).”

Sejumlah ulama menganggap yang dimaksud pada ayat ini adalah 10 malam pertama bulan Dzulhijjah. Argument ini diperkuat oleh hadis yang dikutip Ibnu Katsir dari Shahih Bukhari.

 

عن ابن عباس مرفوعا: “ما من أيام العمل الصالح أحب إلى الله فيهن من هذه الأيام” -يعني عشر ذي الحجة -قالوا: ولا الجهاد في سبيل الله؟ قال: “ولا الجهاد في سبيل الله، إلا رجلا خرج بنفسه وماله، ثم لم يرجع من ذلك بشيء

Artinya, “Dari Ibnu Abbas dengan kualitas hadis marfu’. Tidak ada hari-hari di mana amal sholih lebih disukai Allah pada hari itu dari pada hari-hari ini, maksudnya sepuluh hari Dzul Hijjah. Kemudian para sahabat bertanya, ‘Dan bukan pula jihad, ya Rasulallah?’ Rasul lalu menjawab, ‘Dan tidak pula jihad di jalan Allah kecuali seorang lelaki yang keluar membawa diri dan hartanya kemudian ia pulang tak lagi membawa apa-apa,’” (HR Bukhari 969).

Dengan hadits di atas, cukup jelas bahwa ibadah apapun bentuknya pada sepuluh hari tersebut sangat dianjurkan, termasuk shalat, puasa dan lain sebagainya. Hanya saja, karena puasa dilarang pada hari Idul Adha, maka puasa terhitung sebanyak sembilan hari.

Puasa 9 hari Dzulhijjah memang tidak memiliki hadist khusus yang menunjukkan anjuran puasa tapi puasa sembilan hari pertama Dzulhijjah adalah sunah berdasar atas keumuman hadits Rasulullah tentang keutamaan hari-hari tersebut untuk menjalankan ibadah sunah apapun bentuknya, lebih spesifik adalah puasa Arafah karena puasa arafah memiliki pahala seperti puasa dua tahun.

 

Dengan beragam keutamaan yang disebutkan, tentu seharusnya seorang Muslim memiliki pendorong yang kuat guna melaksanakan puasa Arafah. Demikian beberapa ulasan tentang puasa Arafah dan beragam keutamaan darinya. Semoga Allah memberikan banyak kemudahan untuk melaksanakannya.

Belanja Shopee Mom & Kids