Al-Qur'an

Teks Bacaan Surat Shaad Arab Latin Indonesia dan Arti Terjemahannya

×

Teks Bacaan Surat Shaad Arab Latin Indonesia dan Arti Terjemahannya

Share this article
ash shad

Surat Shaad merupakann surat ke 38 di dalam Al Quran. surat yang terdiri dari 88 ayat ini termasuk ke dalam golongan surat Makkiyah karena diturunkan di kota Makkah. Surat Shaad diturunkan setelah surat Al Qamar dan terdiri dari 5 ruku’ serta berada di jus 23.

Serupa dengan surat Al Quran yang diawali dengan ayat muthasyabihat lainnya, nama surat Shaad juga diambil dari huruf arab pertama pada awal surat yaitu Shaad.

Serupa dengan surat Al Quran yang lain Surat Shaad ini juga mengandung banyak sekali keutamaan yang patut untuk diteladani. Untuk lebih jelasnya, berikut kami ulas mengenai asabun nuzul, kandungan, dan fadhillah dari Surat Surat Shaad ini.

Asbabun Nuzul Surat Shaad

Salah satu hadist yang menjelaskan mengenai kisah asbabun nuzul dari Surat Shaad diriwayatkan oleh Ahmad, At Tirmidzi, An Nasa’I, dan Hakim. Dalam hadist tersebut dijelaskan bahwa ketika Abu Thalib sakit, penduduk Makkah berbondong-bondong untuk menjenguknya, tak terkecuali dengan Nabi Muhammad SAW. Kaum Quraisy mengadukan kepada Abu Thalib mengenai dakwah agama islam yang dilakukan oleh nabi Muhammad SAW kala itu.

Melihat Rasulullah datang menjenguknya, Abu Thalib pun melontarkan pertanyaan ‘’wahai anak saudaraku, sebenarnya apa yang kamu inginkan dari kaummu?’’ nabi Muhamamd SAW pun menjawab ‘’aku ingin kaumku mengucapkan satu kalimat yang dengannya penduduk arab akan tunduk terhadapnya dan bangsa non arab diwajibkan untuk membayar jizyah’’.

Membalas jawaban dari nabi Muhammad, Abu Thalib pun bertanya kembali ‘’satu kalimat saja? Apa itu?’’ rasulullah menjawab ‘’Laa ilaaha illallah yang artinya tiada tuhan selain Allah’’. Mendengar hal tersebut, kaum Quraisy yang masih berada di kediaman Abu Thalib pun meyahut ‘’satu tuhan saja? Apa yang Muhammad ajarkan sungguh hal yang mengherankan’’.

Jawaban dari para kaum kafir Quraisy pun menjadi alasan diturunkannya wahyu Surat Shaad ayat 1-8 kepada nabi Muhammad.

Kandungan Surat Shaad

  1. Pernyataan dan penjelasan bahwa langit dan bumi dengan segala isinya merupakan ciptaan Allah SWT dengan suatu tujuan yang tidak sia-sia
  2. Pernyataan bahwa antara orang yang beriman dan orang kafir tidakah sama dan memiliki perbedaan yang nyata
  3. Orang-orang kafir dengan segala keingkaran yang dilakukannya ketika di akhirat akan ditempatkan di neraka jahanam.
  4. Allah SWT tidak main-main dalam hal menciptakan manusia. Tujuan dari penciptaan tersebut murni karena untuk menyembah dan mengesakannya.
  5. Peringatan akan datangnya hari perkumpulan setelah dimatikan dalam hari kiamat.

Fadhilah Surat Shaad

  1. Pembuka Pintu Rejeki

Fadhilah pertama dari Surat Shaad adalah mampu menjadi pembuka pintu rejeki yang berkah dan utama. Caranya cukup mudah yaitu dengan membaca Surat Shaad ayat 54 sebanyak 33x setelah selesai sholat fardhu. Bunyi dari ayat tersebut adalah sebagai berikut:

‘’sebenarnya hal ini merupakan rezeki yang benar-benar dan kami dan tiada habis-habisnya’’.

  1. Diberikan kesuburan dan kemakmuran

Selain harta benda, kesuburan dan kemakmuran merupakan hal yang wajib untuk disyukuri oleh setiap manusia. Cara mendapatkan fadhilah kesuburan dan kemakmuran dari Surat Shaad adalah dengan membaca Surat Shaad ayat 42 setiap selesai sholat 5 waktu. Bacaannya adalah sebagai berikut:

‘’hantamkanlah kakimu, ini adalah air untuk mandi dan minum dengan hawa yang sejuk’’

Demikian ulasan lengkap mengenai Surat Shaad yang meliputi kisah asbabun nuzul, kandungan, dan fadhilahnya. Semoga artikel ini bermanfaat, terima kasih.

بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

صۤ ۗوَالْقُرْاٰنِ ذِى الذِّكْرِۗ

shād, wal-qur`āni żiż-żikr

Shad, demi Al-Qur’an yang mengandung peringatan.

بَلِ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا فِيْ عِزَّةٍ وَّشِقَاقٍ

balillażīna kafarụ fī ‘izzatiw wa syiqāq

Tetapi orang-orang yang kafir (berada) dalam kesombongan dan permusuhan.

كَمْ اَهْلَكْنَا مِنْ قَبْلِهِمْ مِّنْ قَرْنٍ فَنَادَوْا وَّلَاتَ حِيْنَ مَنَاصٍ

kam ahlaknā ming qablihim ming qarnin fa nādaw wa lāta ḥīna manāṣ

Betapa banyak umat sebelum mereka yang telah Kami binasakan, lalu mereka meminta tolong padahal (waktu itu) bukanlah saat untuk lari melepaskan diri.

وَعَجِبُوْٓا اَنْ جَاۤءَهُمْ مُّنْذِرٌ مِّنْهُمْ ۖوَقَالَ الْكٰفِرُوْنَ هٰذَا سٰحِرٌ كَذَّابٌۚ

wa ‘ajibū an jā`ahum munżirum min-hum wa qālal-kāfirụna hāżā sāḥirung każżāb

Dan mereka heran karena mereka kedatangan seorang pemberi peringatan (rasul) dari kalangan mereka; dan orang-orang kafir berkata, “Orang ini adalah pesihir yang banyak berdusta.”

اَجَعَلَ الْاٰلِهَةَ اِلٰهًا وَّاحِدًا ۖاِنَّ هٰذَا لَشَيْءٌ عُجَابٌ

a ja’alal-ālihata ilāhaw wāḥidan inna hāżā lasyai`un ‘ujāb

Apakah dia menjadikan tuhan-tuhan itu Tuhan yang satu saja? Sungguh, ini benar-benar sesuatu yang sangat mengherankan.

وَانْطَلَقَ الْمَلَاُ مِنْهُمْ اَنِ امْشُوْا وَاصْبِرُوْا عَلٰٓى اٰلِهَتِكُمْ ۖاِنَّ هٰذَا لَشَيْءٌ يُّرَادُ ۖ

wanṭalaqal-mala`u min-hum animsyụ waṣbirụ ‘alā ālihatikum inna hāżā lasyai`uy yurād

Lalu pergilah pemimpin-pemimpin mereka (seraya berkata), “Pergilah kamu dan tetaplah (menyembah) tuhan-tuhanmu, sesungguhnya ini benar-benar suatu hal yang dikehendaki.

مَا سَمِعْنَا بِهٰذَا فِى الْمِلَّةِ الْاٰخِرَةِ ۖاِنْ هٰذَآ اِلَّا اخْتِلَاقٌۚ

mā sami’nā bihāżā fil-millatil-ākhirati in hāżā illakhtilāq

Kami tidak pernah mendengar hal ini dalam agama yang terakhir; ini (mengesakan Allah), tidak lain hanyalah (dusta) yang diada-adakan,

اَؤُنْزِلَ عَلَيْهِ الذِّكْرُ مِنْۢ بَيْنِنَا ۗبَلْ هُمْ فِيْ شَكٍّ مِّنْ ذِكْرِيْۚ بَلْ لَّمَّا يَذُوْقُوْا عَذَابِ ۗ

a unzila ‘alaihiż-żikru mim baininā, bal hum fī syakkim min żikrī, bal lammā yażụqụ ‘ażāb

mengapa Al-Qur’an itu diturunkan kepada dia di antara kita?” Sebenarnya mereka ragu-ragu terhadap Al-Qur’an-Ku, tetapi mereka belum merasakan azab(-Ku).

اَمْ عِنْدَهُمْ خَزَاۤىِٕنُ رَحْمَةِ رَبِّكَ الْعَزِيْزِ الْوَهَّابِۚ

am ‘indahum khazā`inu raḥmati rabbikal-‘azīzil wahhāb

Atau apakah mereka itu mempunyai perbendaharaan rahmat Tuhanmu Yang Mahaperkasa, Maha Pemberi?]

اَمْ لَهُمْ مُّلْكُ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِ وَمَا بَيْنَهُمَا ۗفَلْيَرْتَقُوْا فِى الْاَسْبَابِ

am lahum mulkus-samāwāti wal-arḍi wa mā bainahumā, falyartaqụ fil-asbāb

Atau apakah mereka mempunyai kerajaan langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya? (Jika ada), maka biarlah mereka menaiki tangga-tangga (ke langit).

جُنْدٌ مَّا هُنَالِكَ مَهْزُوْمٌ مِّنَ الْاَحْزَابِ

jundum mā hunālika mahzụmum minal-aḥzāb

(Mereka itu) kelompok besar bala tentara yang berada di sana yang akan dikalahkan.

كَذَّبَتْ قَبْلَهُمْ قَوْمُ نُوْحٍ وَّعَادٌ وَّفِرْعَوْنُ ذُو الْاَوْتَادِۙ

każżabat qablahum qaumu nụḥiw wa ‘āduw wa fir’aunu żul-autād

Sebelum mereka itu, kaum Nuh, ‘Ad dan Fir’aun yang mempunyai bala tentara yang banyak, juga telah mendustakan (rasul-rasul),

وَثَمُوْدُ وَقَوْمُ لُوْطٍ وَّاَصْحٰبُ لْـَٔيْكَةِ ۗ اُولٰۤىِٕكَ الْاَحْزَابُ

wa ṡamụdu wa qaumu lụṭiw wa aṣ-ḥābul-aikah, ulā`ikal-aḥzāb

dan (begitu juga) Samud, kaum Lut dan penduduk Aikah. Mereka itulah golongan-golongan yang bersekutu (menentang rasul-rasul).

اِنْ كُلٌّ اِلَّا كَذَّبَ الرُّسُلَ فَحَقَّ عِقَابِ

ing kullun illā każżabar-rusula fa ḥaqqa ‘iqāb

Semua mereka itu mendustakan rasul-rasul, maka pantas mereka merasakan azab-Ku.

وَمَا يَنْظُرُ هٰٓؤُلَاۤءِ اِلَّا صَيْحَةً وَّاحِدَةً مَّا لَهَا مِنْ فَوَاقٍ

wa mā yanẓuru hā`ulā`i illā ṣaiḥataw wāḥidatam mā lahā min fawāq

Dan sebenarnya yang mereka tunggu adalah satu teriakan saja, yang tidak ada selanya.

وَقَالُوْا رَبَّنَا عَجِّلْ لَّنَا قِطَّنَا قَبْلَ يَوْمِ الْحِسَابِ

wa qālụ rabbanā ‘ajjil lanā qiṭṭanā qabla yaumil-ḥisāb

Dan mereka berkata, “Ya Tuhan kami, segerakanlah azab yang diperuntukkan bagi kami sebelum hari perhitungan.”

اِصْبِرْ عَلٰى مَا يَقُوْلُوْنَ وَاذْكُرْ عَبْدَنَا دَاوٗدَ ذَا الْاَيْدِۚ اِنَّهٗٓ اَوَّابٌ

iṣbir ‘alā mā yaqụlụna ważkur ‘abdanā dāwụda żal-aīd, innahū awwāb

Bersabarlah atas apa yang mereka katakan; dan ingatlah akan hamba Kami Dawud yang mempunyai kekuatan; sungguh dia sangat taat (kepada Allah).

اِنَّا سَخَّرْنَا الْجِبَالَ مَعَهٗ يُسَبِّحْنَ بِالْعَشِيِّ وَالْاِشْرَاقِۙ

innā sakhkharnal-jibāla ma’ahụ yusabbiḥna bil-‘asyiyyi wal-isyrāq

Sungguh, Kamilah yang menundukkan gunung-gunung untuk bertasbih bersama dia (Dawud) pada waktu petang dan pagi,

وَالطَّيْرَمَحْشُوْرَةً ۗ كُلٌّ لَهٗٓ اَوَّابٌ

waṭ-ṭaira maḥsyụrah, kullul lahū awwāb

dan (Kami tundukkan pula) burung-burung dalam keadaan terkumpul. Masing-masing sangat taat (kepada Allah).

وَشَدَدْنَا مُلْكَهٗ وَاٰتَيْنٰهُ الْحِكْمَةَ وَفَصْلَ الْخِطَابِ

wa syadadnā mulkahụ wa ātaināhul-ḥikmata wa faṣlal-khiṭāb

Dan Kami kuatkan kerajaannya dan Kami berikan hikmah kepadanya serta kebijaksanaan dalam memutuskan perkara.

وَهَلْ اَتٰىكَ نَبَؤُ الْخَصْمِۘ اِذْ تَسَوَّرُوا الْمِحْرَابَۙ

wa hal atāka naba`ul khaṣm, iż tasawwarul-miḥrāb

Dan apakah telah sampai kepadamu berita orang-orang yang berselisih ketika mereka memanjat dinding mihrab?

اِذْ دَخَلُوْا عَلٰى دَاوٗدَ فَفَزِعَ مِنْهُمْ قَالُوْا لَا تَخَفْۚ خَصْمٰنِ بَغٰى بَعْضُنَا عَلٰى بَعْضٍ فَاحْكُمْ بَيْنَنَا بِالْحَقِّ وَلَا تُشْطِطْ وَاهْدِنَآ اِلٰى سَوَاۤءِ الصِّرَاطِ

iż dakhalụ ‘alā dāwụda fa fazi’a min-hum qālụ lā takhaf, khaṣmāni bagā ba’ḍunā ‘alā ba’ḍin faḥkum bainanā bil-ḥaqqi wa lā tusyṭiṭ wahdinā ilā sawā`iṣ-ṣirāṭ

ketika mereka masuk menemui Dawud lalu dia terkejut karena (kedatangan) mereka. Mereka berkata, “Janganlah takut! (Kami) berdua sedang berselisih, sebagian dari kami berbuat zalim kepada yang lain; maka berilah keputusan di antara kami secara adil dan janganlah menyimpang dari kebenaran serta tunjukilah kami ke jalan yang lurus.

اِنَّ هٰذَآ اَخِيْ ۗ لَهٗ تِسْعٌ وَّتِسْعُوْنَ نَعْجَةً وَّلِيَ نَعْجَةٌ وَّاحِدَةٌ ۗفَقَالَ اَكْفِلْنِيْهَا وَعَزَّنِيْ فِى الْخِطَابِ

inna hāżā akhī, lahụ tis’uw wa tis’ụna na’jataw wa liya na’jatuw wāḥidah, fa qāla akfilnīhā wa ‘azzanī fil-khiṭāb

Sesungguhnya saudaraku ini mempunyai sembilan puluh sembilan ekor kambing betina dan aku mempunyai seekor saja, lalu dia berkata, “Serahkanlah (kambingmu) itu kepadaku! Dan dia mengalahkan aku dalam perdebatan.”

قَالَ لَقَدْ ظَلَمَكَ بِسُؤَالِ نَعْجَتِكَ اِلٰى نِعَاجِهٖۗ وَاِنَّ كَثِيْرًا مِّنَ الْخُلَطَاۤءِ لَيَبْغِيْ بَعْضُهُمْ عَلٰى بَعْضٍ اِلَّا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَعَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ وَقَلِيْلٌ مَّا هُمْۗ وَظَنَّ دَاوٗدُ اَنَّمَا فَتَنّٰهُ فَاسْتَغْفَرَ رَبَّهٗ وَخَرَّ رَاكِعًا وَّاَنَابَ ۩

qāla laqad ẓalamaka bisu`āli na’jatika ilā ni’ājih, wa inna kaṡīram minal-khulaṭā`i layabgī ba’ḍuhum ‘alā ba’ḍin illallażīna āmanụ wa ‘amiluṣ-ṣāliḥāti wa qalīlum mā hum, wa ẓanna dāwụdu annamā fatannāhu fastagfara rabbahụ wa kharra rāki’aw wa anāb

Dia (Dawud) berkata, “Sungguh, dia telah berbuat zalim kepadamu dengan meminta kambingmu itu untuk (ditambahkan) kepada kambingnya. Memang banyak di antara orang-orang yang bersekutu itu berbuat zalim kepada yang lain, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan; dan hanya sedikitlah mereka yang begitu.” Dan Dawud menduga bahwa Kami mengujinya; maka dia memohon ampunan kepada Tuhannya lalu menyungkur sujud dan bertobat.

فَغَفَرْنَا لَهٗ ذٰلِكَۗ وَاِنَّ لَهٗ عِنْدَنَا لَزُلْفٰى وَحُسْنَ مَاٰبٍ

fa gafarnā lahụ żālik, wa inna lahụ ‘indanā lazulfā wa ḥusna ma`āb

Lalu Kami mengampuni (kesalahannya) itu. Dan sungguh, dia mempunyai kedudukan yang benar-benar dekat di sisi Kami dan tempat kembali yang baik.

يٰدَاوٗدُ اِنَّا جَعَلْنٰكَ خَلِيْفَةً فِى الْاَرْضِ فَاحْكُمْ بَيْنَ النَّاسِ بِالْحَقِّ وَلَا تَتَّبِعِ الْهَوٰى فَيُضِلَّكَ عَنْ سَبِيْلِ اللّٰهِ ۗاِنَّ الَّذِيْنَ يَضِلُّوْنَ عَنْ سَبِيْلِ اللّٰهِ لَهُمْ عَذَابٌ شَدِيْدٌ ۢبِمَا نَسُوْا يَوْمَ الْحِسَابِ

yā dāwụdu innā ja’alnāka khalīfatan fil-arḍi faḥkum bainan-nāsi bil-ḥaqqi wa lā tattabi’il-hawā fa yuḍillaka ‘an sabīlillāh, innallażīna yaḍillụna ‘an sabīlillāhi lahum ‘ażābun syadīdum bimā nasụ yaumal-ḥisāb

(Allah berfirman), “Wahai Dawud! Sesungguhnya engkau Kami jadikan khalifah (penguasa) di bumi, maka berilah keputusan (perkara) di antara manusia dengan adil dan janganlah engkau mengikuti hawa nafsu, karena akan menyesatkan engkau dari jalan Allah. Sungguh, orang-orang yang sesat dari jalan Allah akan mendapat azab yang berat, karena mereka melupakan hari perhitungan.”

وَمَا خَلَقْنَا السَّمَاۤءَ وَالْاَرْضَ وَمَا بَيْنَهُمَا بَاطِلًا ۗذٰلِكَ ظَنُّ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا فَوَيْلٌ لِّلَّذِيْنَ كَفَرُوْا مِنَ النَّارِۗ

wa mā khalaqnas-samā`a wal-arḍa wa mā bainahumā bāṭilā, żālika ẓannullażīna kafarụ fa wailul lillażīna kafarụ minan-nār

Dan Kami tidak menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya dengan sia-sia. Itu anggapan orang-orang kafir, maka celakalah orang-orang yang kafir itu karena mereka akan masuk neraka.

اَمْ نَجْعَلُ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَعَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ كَالْمُفْسِدِيْنَ فِى الْاَرْضِۖ اَمْ نَجْعَلُ الْمُتَّقِيْنَ كَالْفُجَّارِ

am naj’alullażīna āmanụ wa ‘amiluṣ-ṣāliḥāti kal-mufsidīna fil-arḍi am naj’alul-muttaqīna kal-fujjār

Pantaskah Kami memperlakukan orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan sama dengan orang-orang yang berbuat kerusakan di bumi? Atau pantaskah Kami menganggap orang-orang yang bertakwa sama dengan orang-orang yang jahat?

كِتٰبٌ اَنْزَلْنٰهُ اِلَيْكَ مُبٰرَكٌ لِّيَدَّبَّرُوْٓا اٰيٰتِهٖ وَلِيَتَذَكَّرَ اُولُوا الْاَلْبَابِ

kitābun anzalnāhu ilaika mubārakul liyaddabbarū āyātihī wa liyatażakkara ulul-albāb

Kitab (Al-Qur’an) yang Kami turunkan kepadamu penuh berkah agar mereka menghayati ayat-ayatnya dan agar orang-orang yang berakal sehat mendapat pelajaran.

وَوَهَبْنَا لِدَاوٗدَ سُلَيْمٰنَۗ نِعْمَ الْعَبْدُ ۗاِنَّهٗٓ اَوَّابٌۗ

wa wahabnā lidāwụda sulaimān, ni’mal-‘abd, innahū awwāb

Dan kepada Dawud Kami karuniakan (anak bernama) Sulaiman; dia adalah sebaik-baik hamba. Sungguh, dia sangat taat (kepada Allah).

اِذْ عُرِضَ عَلَيْهِ بِالْعَشِيِّ الصّٰفِنٰتُ الْجِيَادُۙ

iż ‘uriḍa ‘alaihi bil-‘asyiyyiṣ-ṣāfinātul-jiyād

(Ingatlah) ketika pada suatu sore dipertunjukkan kepadanya (kuda-kuda) yang jinak, (tetapi) sangat cepat larinya,

فَقَالَ اِنِّيْٓ اَحْبَبْتُ حُبَّ الْخَيْرِ عَنْ ذِكْرِ رَبِّيْۚ حَتّٰى تَوَارَتْ بِالْحِجَابِۗ

fa qāla innī aḥbabtu ḥubbal-khairi ‘an żikri rabbī, ḥattā tawārat bil-ḥijāb

maka dia berkata, “Sesungguhnya aku menyukai segala yang baik (kuda), yang membuat aku ingat akan (kebesaran) Tuhanku, sampai matahari terbenam.”

رُدُّوْهَا عَلَيَّ ۚفَطَفِقَ مَسْحًا ۢبِالسُّوْقِ وَالْاَعْنَاقِ

ruddụhā ‘alayy, fa ṭafiqa mas-ḥam bis-sụqi wal-a’nāq

”Bawalah semua kuda itu kembali kepadaku.” Lalu dia mengusap-usap kaki dan leher kuda itu.

وَلَقَدْ فَتَنَّا سُلَيْمٰنَ وَاَلْقَيْنَا عَلٰى كُرْسِيِّهٖ جَسَدًا ثُمَّ اَنَابَ

wa laqad fatannā sulaimāna wa alqainā ‘alā kursiyyihī jasadan ṡumma anāb

Dan sungguh, Kami telah menguji Sulaiman dan Kami jadikan (dia) tergeletak di atas kursinya sebagai tubuh (yang lemah karena sakit), kemudian dia bertobat.

قَالَ رَبِّ اغْفِرْ لِيْ وَهَبْ لِيْ مُلْكًا لَّا يَنْۢبَغِيْ لِاَحَدٍ مِّنْۢ بَعْدِيْۚ اِنَّكَ اَنْتَ الْوَهَّابُ

Baca Juga :   Teks Bacaan Surat Al Insyiqaaq (Terbelah) Arab Latin Indonesia dan Arti Terjemahannya

qāla rabbigfir lī wa hab lī mulkal lā yambagī li`aḥadim mim ba’dī, innaka antal-wahhāb

Dia berkata, “Ya Tuhanku, ampunilah aku dan anugerahkanlah kepadaku kerajaan yang tidak dimiliki oleh siapa pun setelahku. Sungguh, Engkaulah Yang Maha Pemberi.”

فَسَخَّرْنَا لَهُ الرِّيْحَ تَجْرِيْ بِاَمْرِهٖ رُخَاۤءً حَيْثُ اَصَابَۙ

fa sakhkharnā lahur-rīḥa tajrī bi`amrihī rukhā`an ḥaiṡu aṣāb

Kemudian Kami tundukkan kepadanya angin yang berhembus dengan baik menurut perintahnya ke mana saja yang dikehendakinya,

وَالشَّيٰطِيْنَ كُلَّ بَنَّاۤءٍ وَّغَوَّاصٍۙ

wasy-syayāṭīna kulla bannā`iw wa gawwāṣ

dan (Kami tundukkan pula kepadanya) setan-setan, semuanya ahli bangunan dan penyelam,

وَّاٰخَرِيْنَ مُقَرَّنِيْنَ فِى الْاَصْفَادِ

wa ākharīna muqarranīna fil-aṣfād

dan (setan) yang lain yang terikat dalam belenggu.

هٰذَا عَطَاۤؤُنَا فَامْنُنْ اَوْ اَمْسِكْ بِغَيْرِ حِسَابٍ

hāżā ‘aṭā`unā famnun au amsik bigairi ḥisāb

Inilah anugerah Kami; maka berikanlah (kepada orang lain) atau tahanlah (untuk dirimu sendiri) tanpa perhitungan.

وَاِنَّ لَهٗ عِنْدَنَا لَزُلْفٰى وَحُسْنَ مَاٰبٍ

wa inna lahụ ‘indanā lazulfā wa ḥusna ma`āb

Dan sungguh, dia mempunyai kedudukan yang dekat pada sisi Kami dan tempat kembali yang baik.

وَاذْكُرْ عَبْدَنَآ اَيُّوْبَۘ اِذْ نَادٰى رَبَّهٗٓ اَنِّيْ مَسَّنِيَ الشَّيْطٰنُ بِنُصْبٍ وَّعَذَابٍۗ

ważkur ‘abdanā ayyụb, iż nādā rabbahū annī massaniyasy-syaiṭānu binuṣbiw wa ‘ażāb

Dan ingatlah akan hamba Kami Ayyub ketika dia menyeru Tuhannya, “Sesungguhnya aku diganggu setan dengan penderitaan dan bencana.”

اُرْكُضْ بِرِجْلِكَۚ هٰذَا مُغْتَسَلٌۢ بَارِدٌ وَّشَرَابٌ

urkuḍ birijlik, hāżā mugtasalum bāriduw wa syarāb

Allah berfirman), “Hentakkanlah kakimu; inilah air yang sejuk untuk mandi dan untuk minum.”

وَوَهَبْنَا لَهٗٓ اَهْلَهٗ وَمِثْلَهُمْ مَّعَهُمْ رَحْمَةً مِّنَّا وَذِكْرٰى لِاُولِى الْاَلْبَابِ

wa wahabnā lahū ahlahụ wa miṡlahum ma’ahum raḥmatam minnā wa żikrā li`ulil-albāb

Dan Kami anugerahi dia (dengan mengumpulkan kembali) keluarganya dan Kami lipatgandakan jumlah mereka, sebagai rahmat dari Kami dan pelajaran bagi orang-orang yang berpikiran sehat.

وَخُذْ بِيَدِكَ ضِغْثًا فَاضْرِبْ بِّهٖ وَلَا تَحْنَثْ ۗاِنَّا وَجَدْنٰهُ صَابِرًا ۗنِعْمَ الْعَبْدُ ۗاِنَّهٗٓ اَوَّابٌ

wa khuż biyadika ḍigṡan faḍrib bihī wa lā taḥnaṡ, innā wajadnāhu ṣābirā, ni’mal-‘abd, innahū awwāb

Dan ambillah seikat (rumput) dengan tanganmu, lalu pukullah dengan itu dan janganlah engkau melanggar sumpah. Sesungguhnya Kami dapati dia (Ayyub) seorang yang sabar. Dialah sebaik-baik hamba. Sungguh, dia sangat taat (kepada Allah).

وَاذْكُرْ عِبٰدَنَآ اِبْرٰهِيْمَ وَاِسْحٰقَ وَيَعْقُوْبَ اُولِى الْاَيْدِيْ وَالْاَبْصَارِ

ważkur ‘ibādanā ibrāhīma wa is-ḥāqa wa ya’qụba ulil-aidī wal-abṣār

Dan ingatlah hamba-hamba Kami: Ibrahim, Ishak dan Yakub yang mempunyai kekuatan-kekuatan yang besar dan ilmu-ilmu (yang tinggi).

اِنَّآ اَخْلَصْنٰهُمْ بِخَالِصَةٍ ذِكْرَى الدَّارِۚ

innā akhlaṣnāhum bikhāliṣatin żikrad-dār

Sungguh, Kami telah menyucikan mereka dengan (menganugerahkan) akhlak yang tinggi kepadanya yaitu selalu mengingatkan (manusia) kepada negeri akhirat.

وَاِنَّهُمْ عِنْدَنَا لَمِنَ الْمُصْطَفَيْنَ الْاَخْيَارِۗ

wa innahum ‘indanā laminal-muṣṭafainal-akhyār

Dan sungguh, di sisi Kami mereka termasuk orang-orang pilihan yang paling baik.

وَاذْكُرْ اِسْمٰعِيْلَ وَالْيَسَعَ وَذَا الْكِفْلِ ۗوَكُلٌّ مِّنَ الْاَخْيَارِۗ

ważkur ismā’īla walyasa’a wa żal-kifl, wa kullum minal-akhyār

Dan ingatlah Ismail, Ilyasa‘ dan Zulkifli. Semuanya termasuk orang-orang yang paling baik.

هٰذَا ذِكْرٌ ۗوَاِنَّ لِلْمُتَّقِيْنَ لَحُسْنَ مَاٰبٍۙ

hāżā żikr, wa inna lil-muttaqīna laḥusna ma`āb

Ini adalah kehormatan (bagi mereka). Dan sungguh, bagi orang-orang yang bertakwa (disediakan) tempat kembali yang terbaik,

جَنّٰتِ عَدْنٍ مُّفَتَّحَةً لَّهُمُ الْاَبْوَابُۚ

jannāti ‘adnim mufattaḥatal lahumul-abwāb

(yaitu) surga ’Adn yang pintu-pintunya terbuka bagi mereka,

مُتَّكِـِٕيْنَ فِيْهَا يَدْعُوْنَ فِيْهَا بِفَاكِهَةٍ كَثِيْرَةٍ وَّشَرَابٍ

muttaki`īna fīhā yad’ụna fīhā bifākihating kaṡīratiw wa syarāb

di dalamnya mereka bersandar (di atas dipan-dipan) sambil meminta buah-buahan yang banyak dan minuman (di surga itu).

وَعِنْدَهُمْ قٰصِرٰتُ الطَّرْفِ اَتْرَابٌ

wa ‘indahum qāṣirātuṭ-ṭarfi atrāb

dan di samping mereka (ada bidadari-bidadari) yang redup pandangannya dan sebaya umurnya.

هٰذَا مَا تُوْعَدُوْنَ لِيَوْمِ الْحِسَابِ

hāżā mā tụ’adụna liyaumil-ḥisāb

Inilah apa yang dijanjikan kepadamu pada hari perhitungan.

اِنَّ هٰذَا لَرِزْقُنَا مَا لَهٗ مِنْ نَّفَادٍۚ

inna hāżā larizqunā mā lahụ min nafād

Sungguh, inilah rezeki dari Kami yang tidak ada habis-habisnya.

هٰذَا ۗوَاِنَّ لِلطّٰغِيْنَ لَشَرَّ مَاٰبٍۙ

hāżā, wa inna liṭ-ṭāgīna lasyarra ma`āb

Beginilah (keadaan mereka). Dan sungguh, bagi orang-orang yang durhaka pasti (disediakan) tempat kembali yang buruk,

جَهَنَّمَۚ يَصْلَوْنَهَاۚ فَبِئْسَ الْمِهَادُ

jahannam, yaṣlaunahā, fa bi`sal-mihād

(yaitu) neraka Jahanam yang mereka masuki; maka itulah seburuk-buruk tempat tinggal.

هٰذَاۙ فَلْيَذُوْقُوْهُ حَمِيْمٌ وَّغَسَّاقٌۙ

hāżā falyażụqụhu ḥamīmuw wa gassāq

Inilah (azab neraka), maka biarlah mereka merasakannya, (minuman mereka) air yang sangat panas dan air yang sangat dingin,

وَّاٰخَرُ مِنْ شَكْلِهٖٓ اَزْوَاجٌۗ

wa ākharu min syaklihī azwāj

dan berbagai macam (azab) yang lain yang serupa itu.

هٰذَا فَوْجٌ مُّقْتَحِمٌ مَّعَكُمْۚ لَا مَرْحَبًا ۢبِهِمْ ۗ اِنَّهُمْ صَالُوا النَّارِ

hāżā faujum muqtaḥimum ma’akum, lā mar-ḥabam bihim, innahum ṣālun-nār

(Dikatakan kepada mereka), “Ini rombongan besar (pengikut-pengikutmu) yang masuk berdesak-desak bersama kamu (ke neraka).” Tidak ada ucapan selamat datang bagi mereka karena sesungguhnya mereka akan masuk neraka (kata pemimpin-pemimpin mereka).

قَالُوْا بَلْ اَنْتُمْ لَا مَرْحَبًاۢ بِكُمْ ۗ اَنْتُمْ قَدَّمْتُمُوْهُ لَنَاۚ فَبِئْسَ الْقَرَارُ

qālụ bal antum lā mar-ḥabam bikum, antum qaddamtumụhu lanā, fa bi`sal-qarār

(Para pengikut mereka menjawab), “Sebenarnya kamulah yang (lebih pan-tas) tidak menerima ucapan selamat datang, karena kamulah yang menjerumuskan kami ke dalam azab, maka itulah seburuk-buruk tempat menetap.”

قَالُوْا رَبَّنَا مَنْ قَدَّمَ لَنَا هٰذَا فَزِدْهُ عَذَابًا ضِعْفًا فِى النَّارِ

qālụ rabbanā mang qaddama lanā hāżā fa zid-hu ‘ażāban ḍi’fan fin-nār

Mereka berkata (lagi), “Ya Tuhan kami, barangsiapa menjerumuskan kami ke dalam (azab) ini, maka tambahkanlah azab kepadanya dua kali lipat di dalam neraka.”

وَقَالُوْا مَا لَنَا لَا نَرٰى رِجَالًا كُنَّا نَعُدُّهُمْ مِّنَ الْاَشْرَارِ

wa qālụ mā lanā lā narā rijālang kunnā na’udduhum minal-asyrār

Dan (orang-orang durhaka) berkata, “Mengapa kami tidak melihat orang-orang yang dahulu (di dunia) kami anggap sebagai orang-orang yang jahat (hina).

اَتَّخَذْنٰهُمْ سِخْرِيًّا اَمْ زَاغَتْ عَنْهُمُ الْاَبْصَارُ

attakhażnāhum sikhriyyan am zāgat ‘an-humul-abṣār

Dahulu kami menjadikan mereka olok-olokan, ataukah karena penglihatan kami yang tidak melihat mereka?”

اِنَّ ذٰلِكَ لَحَقٌّ تَخَاصُمُ اَهْلِ النَّارِ

inna żālika laḥaqqun takhāṣumu ahlin-nār

Sungguh, yang demikian benar-benar terjadi, (yaitu) pertengkaran di antara penghuni neraka.

قُلْ اِنَّمَآ اَنَا۠ مُنْذِرٌ ۖوَّمَا مِنْ اِلٰهٍ اِلَّا اللّٰهُ الْوَاحِدُ الْقَهَّارُ

qul innamā ana munżiruw wa mā min ilāhin illallāhul-wāḥidul-qahhār

Katakanlah (Muhammad), “Sesungguhnya aku hanya seorang pemberi peringatan, tidak ada tuhan selain Allah Yang Maha Esa, Mahaperkasa,

رَبُّ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِ وَمَا بَيْنَهُمَا الْعَزِيْزُ الْغَفَّارُ

rabbus-samāwāti wal-arḍi wa mā bainahumal-‘azīzul-gaffār

(yaitu) Tuhan langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya, Yang Mahaperkasa, Maha Pengampun.”

قُلْ هُوَ نَبَؤٌا عَظِيْمٌۙ

qul huwa naba`un ‘aẓīm

Katakanlah, “Itu (Al-Qur’an) adalah berita besar,

اَنْتُمْ عَنْهُ مُعْرِضُوْنَ

antum ‘an-hu mu’riḍụn

yang kamu berpaling darinya.

مَا كَانَ لِيَ مِنْ عِلْمٍۢ بِالْمَلَاِ الْاَعْلٰٓى اِذْ يَخْتَصِمُوْنَ

mā kāna liya min ‘ilmim bil-mala`il-a’lā iż yakhtaṣimụn

Aku tidak mempunyai pengetahuan sedikit pun tentang al-mala’ul a’la (malaikat) itu ketika mereka berbantah-bantahan.

اِنْ يُّوْحٰىٓ اِلَيَّ اِلَّآ اَنَّمَآ اَنَا۠ نَذِيْرٌ مُّبِيْنٌ

iy yụḥā ilayya illā annamā ana nażīrum mubīn

Yang diwahyukan kepadaku, bahwa aku hanyalah seorang pemberi peringatan yang nyata.”

اِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلٰۤىِٕكَةِ اِنِّيْ خَالِقٌۢ بَشَرًا مِّنْ طِيْنٍ

iż qāla rabbuka lil-malā`ikati innī khāliqum basyaram min ṭīn

(Ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada malaikat, “Sesungguhnya Aku akan menciptakan manusia dari tanah.

فَاِذَا سَوَّيْتُهٗ وَنَفَخْتُ فِيْهِ مِنْ رُّوْحِيْ فَقَعُوْا لَهٗ سٰجِدِيْنَ

fa iżā sawwaituhụ wa nafakhtu fīhi mir rụḥī faqa’ụ lahụ sājidīn

Kemudian apabila telah Aku sempurnakan kejadiannya dan Aku tiupkan roh (ciptaan)-Ku kepadanya; maka tunduklah kamu dengan bersujud kepadanya.”

فَسَجَدَ الْمَلٰۤىِٕكَةُ كُلُّهُمْ اَجْمَعُوْنَۙ

fa sajadal-malā`ikatu kulluhum ajma’ụn

Lalu para malaikat itu bersujud semuanya,

اِلَّآ اِبْلِيْسَۗ اِسْتَكْبَرَ وَكَانَ مِنَ الْكٰفِرِيْنَ

illā iblīs, istakbara wa kāna minal-kāfirīn

kecuali Iblis; ia menyombongkan diri dan ia termasuk golongan yang kafir.

قَالَ يٰٓاِبْلِيْسُ مَا مَنَعَكَ اَنْ تَسْجُدَ لِمَا خَلَقْتُ بِيَدَيَّ ۗ اَسْتَكْبَرْتَ اَمْ كُنْتَ مِنَ الْعَالِيْنَ

qāla yā iblīsu mā mana’aka an tasjuda limā khalaqtu biyadayy, astakbarta am kunta minal-‘ālīn

(Allah) berfirman, “Wahai Iblis, apakah yang menghalangi kamu sujud kepada yang telah Aku ciptakan dengan kekuasaan-Ku. Apakah kamu menyombongkan diri atau kamu (merasa) termasuk golongan yang (lebih) tinggi?”

قَالَ اَنَا۠ خَيْرٌ مِّنْهُ خَلَقْتَنِيْ مِنْ نَّارٍ وَّخَلَقْتَهٗ مِنْ طِيْنٍ

qāla ana khairum min-hu khalaqtanī min nāriw wa khalaqtahụ min ṭīn

(Iblis) berkata, “Aku lebih baik daripadanya, karena Engkau ciptakan aku dari api, sedangkan dia Engkau ciptakan dari tanah.”

قَالَ فَاخْرُجْ مِنْهَا فَاِنَّكَ رَجِيْمٌۖ

qāla fakhruj min-hā fa innaka rajīm

(Allah) berfirman, “Kalau begitu keluarlah kamu dari surga! Sesungguhnya kamu adalah makhluk yang terkutuk.

وَّاِنَّ عَلَيْكَ لَعْنَتِيْٓ اِلٰى يَوْمِ الدِّيْنِ

wa inna ‘alaika la’natī ilā yaumid-dīn

Dan sungguh, kutukan-Ku tetap atasmu sampai hari pembalasan.”

قَالَ رَبِّ فَاَنْظِرْنِيْٓ اِلٰى يَوْمِ يُبْعَثُوْنَ

qāla rabbi fa anẓirnī ilā yaumi yub’aṡụn

(Iblis) berkata, “Ya Tuhanku, tangguhkanlah aku sampai pada hari mereka dibangkitkan.”

قَالَ فَاِنَّكَ مِنَ الْمُنْظَرِيْنَۙ

qāla fa innaka minal-munẓarīn

(Allah) berfirman, “Maka sesungguhnya kamu termasuk golongan yang diberi penangguhan,

اِلٰى يَوْمِ الْوَقْتِ الْمَعْلُوْمِ

ilā yaumil-waqtil-ma’lụm

sampai pada hari yang telah ditentukan waktunya (hari Kiamat).”

قَالَ فَبِعِزَّتِكَ لَاُغْوِيَنَّهُمْ اَجْمَعِيْنَۙ

qāla fa bi’izzatika la`ugwiyannahum ajma’īn

(Iblis) menjawab, “Demi kemuliaan-Mu, pasti aku akan menyesatkan mereka semuanya,

اِلَّا عِبَادَكَ مِنْهُمُ الْمُخْلَصِيْنَ

illā ‘ibādaka min-humul-mukhlaṣīn

kecuali hamba-hamba-Mu yang terpilih di antara mereka.”

قَالَ فَالْحَقُّۖ وَالْحَقَّ اَقُوْلُۚ

qāla fal-ḥaqqu wal-ḥaqqa aqụl

(Allah) berfirman, “Maka yang benar (adalah sumpahku), dan hanya kebenaran itulah yang Aku katakan.

لَاَمْلَئَنَّ جَهَنَّمَ مِنْكَ وَمِمَّنْ تَبِعَكَ مِنْهُمْ اَجْمَعِيْنَ

la`amla`anna jahannama mingka wa mim man tabi’aka min-hum ajma’īn

Sungguh, Aku akan memenuhi neraka Jahanam dengan kamu dan dengan orang-orang yang mengikutimu di antara mereka semuanya.”

قُلْ مَآ اَسْـَٔلُكُمْ عَلَيْهِ مِنْ اَجْرٍ وَّمَآ اَنَا۠ مِنَ الْمُتَكَلِّفِيْنَ

qul mā as`alukum ‘alaihi min ajriw wa mā ana minal-mutakallifīn

Katakanlah (Muhammad), “Aku tidak meminta imbalan sedikit pun kepadamu atasnya (dakwahku); dan aku bukanlah termasuk orang yang mengada-ada.

اِنْ هُوَ اِلَّا ذِكْرٌ لِّلْعٰلَمِيْنَ

in huwa illā żikrul lil-‘ālamīn

(Al-Qur’an) ini tidak lain hanyalah peringatan bagi seluruh alam.

وَلَتَعْلَمُنَّ نَبَاَهٗ بَعْدَ حِيْنٍ

wa lata’lamunna naba`ahụ ba’da ḥīn

Dan sungguh, kamu akan mengetahui (kebenaran) beritanya (Al-Qur’an) setelah beberapa waktu lagi.”

Tafsir Surat

001. (Shaad) hanya Allahlah yang mengetahui artinya (demi Alquran yang mempunyai keagungan) yakni penjelasan atau kemuliaan. Jawab dari qasamnya tidak disebutkan, yaitu, bahwa perkaranya tidak seperti apa yang dikatakan oleh orang-orang kafir Mekah, tuhan itu bermacam-macam.
002. (Sebenarnya orang-orang kafir itu) yakni penduduk Mekah yang kafir (berada dalam kesombongan) hamiyyah dan takabbur tidak mau beriman (dan permusuhan yang sengit) selalu menentang dan memusuhi Nabi saw.
003. (Berapa banyak) sudah berapa banyak (umat sebelum mereka yang telah Kami binasakan) yaitu dari kalangan umat-umat yang terdahulu, (lalu mereka meminta tolong) sewaktu azab menimpa mereka (padahal waktu itu bukanlah saat untuk lari melepaskan diri) artinya, untuk melarikan diri dari azab, karena segalanya sudah terlambat. Huruf Ta pada lafal Laata merupakan huruf Zaidah, dan jumlah kalimat ayat ini berkedudukan menjadi Hal atau kata keterangan keadaan dari Fa’ilnya lafal Naadau. Maksudnya, mereka meminta tolong padahal sudah tidak ada lagi jalan untuk melarikan diri, dan pula tidak ada lagi jalan untuk selamat dari azab. Akan tetapi penduduk Mekah yang kafir tidaklah mengambil pelajaran dari mereka yang telah dibinasakan itu.
004. (Dan mereka heran karena mereka kedatangan seorang pemberi peringatan dari kalangan mereka sendiri) yakni seorang Rasul dari kalangan mereka yang memberi peringatan dan mempertakuti mereka dengan azab neraka sesudah dibangkitkan nanti. Orang yang dimaksud adalah Nabi saw. (dan orang-orang kafir berkata,) di dalam ungkapan ini Isim Zhahir menduduki tempat Isim Mudhmar (“Ini adalah seorang ahli sihir yang banyak berdusta.)
005. (Mengapa ia menjadikan tuhan-tuhan itu Tuhan yang satu saja?”) demikian itu karena Nabi saw. pernah bersabda kepada mereka, “Katakanlah, ‘Laa Ilaaha Illallaah’, artinya tiada Tuhan selain Allah. Mereka menjawab, ‘Mana mungkin makhluk yang sedemikian banyak itu, semuanya dapat ditangani oleh Tuhan Yang Satu itu.’ (Sesungguhnya itu benar-benar suatu hal yang sangat mengherankan”) sangat aneh.
006. (Dan pergilah pemimpin-pemimpin mereka) dari majelis tempat mereka berkumpul, yaitu tempat Abu Thalib; di tempat itulah mereka mendengar dari Nabi saw. yang mengatakan, “Katakanlah oleh kalian, ‘Laa Ilaaha Illallaah’, artinya tiada Tuhan selain Allah (seraya mengatakan, ‘Pergilah kalian’) maksudnya, sebagian dari mereka berkata kepada sebagian yang lain ‘pergilah kalian’ (dan tetaplah menyembah tuhan-tuhan kalian) artinya bertahanlah kalian di dalam menyembah tuhan-tuhan kalian itu (sesungguhnya ini) ajaran tauhid yang disampaikan Nabi itu (benar-benar suatu hal yang dikehendaki”) olehnya supaya kita melakukannya.
007. (Kami tidak pernah mendengar hal ini dalam agama yang terakhir) maksudnya, agama Nabi Isa. (Tiada lain) tidak lain (ini hanyalah dusta yang diada-adakan) hal yang dibuat-buat saja.
008. (Mengapa telah diturunkan) dapat dibaca Tahqiq dapat pula dibaca Tas-hil (kepadanya) kepada Muhammad (peringatan) yakni kitab Alquran (di antara kita?) bukan diturunkan kepada orang yang tertua di antara kita atau orang yang paling terhormat di antara kita. Maksudnya, mengapa Alquran itu tidak diturunkan kepada orang yang paling tua atau orang yang paling terhormat di antara mereka. Lalu Allah berfirman, (“Sebenarnya mereka ragu terhadap Alquran-Ku) atau ragu terhadap wahyu- Ku, yaitu Alquran, karena mereka mendustakan rasul yang mendatangkannya (dan sebenarnya belumlah) artinya, belum lagi (mereka merasakan azab-Ku”) seandainya mereka telah merasakannya niscaya mereka mau beriman kepada Nabi saw. tentang apa yang disampaikan olehnya dari sisi-Ku. Akan tetapi pada saat itu, yakni saat mereka merasakan azab-Ku, tidak ada gunanya lagi iman.
009. (Atau apakah mereka itu mempunyai perbendaharaan rahmat Rabbmu Yang Maha Perkasa) yakni Maha Menang (lagi Maha Pemberi?) termasuk derajat kenabian dan hal-hal lainnya, karenanya mereka dapat memberikannya kepada siapa yang mereka kehendaki.
010. (Atau apakah bagi mereka kerajaan langit dan bumi dan yang ada di antara keduanya?) jika mereka menduga hal tersebut (maka hendaklah mereka menaiki tangga-tangga) yang dapat mengantarkan mereka ke langit, lalu mereka mengambil wahyu dan mendatangkannya, kemudian mereka memberikannya secara khusus kepada orang-orang yang mereka kehendaki. Istifham atau kata tanya pada kedua tempat itu mengandung makna ingkar.
011. (Suatu tentara) maksudnya, suatu pasukan yang hina (di sana) yang telah mendustakanmu (pasti dikalahkan) menjadi sifat bagi lafal Jundun, sekalipun mereka terdiri (dari golongan-golongan yang bersekutu) lafal ayat ini menjadi sifat pula bagi lafal Jundun. Yakni suatu pasukan yang sama dengan pasukan-pasukan yang berserikat sebelum kamu yang memerangi para nabi. Pasukan-pasukan dahulu itu dapat dikalahkan dan dibinasakan, maka demikian pula mereka yang bersekutu untuk menghancurkanmu akan Kami binasakan pula.
012. (Telah mendustakan pula sebelum mereka itu kaum Nuh) lafal Qaum dianggap sebagai muannats karena ditinjau dari segi maknanya (Ad dan Firaun yang mempunyai patok yang banyak) disebutkan bahwa Firaun selalu mematok atau memasung setiap orang yang menentangnya, lalu kedua kaki dan tangan orang yang menentangnya itu diikatkan pada empat patok, kemudian disiksa. Oleh karenanya ia dijuluki sebagai Dzul Autaad.
013. (Dan Tsamud, kaum Luth dan penduduk Aikah) yakni penduduk kota Al-Ghidhah, mereka adalah kaum Nabi Syuaib a.s. (Mereka itulah golongan-golongan yang bersekutu menentang rasul-rasul).
014. (Tidak lain) tiada lain (semuanya) artinya masing-masing dari golongan-golongan yang bersekutu itu (hanyalah mendustakan rasul-rasul) karena mereka telah mendustakan salah seorang dari rasul-rasul itu, ini berarti sama saja dengan mendustakan semua rasul-rasul, karena sesungguhnya seruan dan ajaran mereka satu, yaitu menyeru kepada ajaran tauhid (maka pastilah) wajiblah bagi mereka (azab-Ku).
015. (Tiadalah yang ditunggu-tunggu) yang dinantikan (oleh mereka) oleh orang-orang kafir Mekah. (melainkan hanya satu teriakan) yaitu tiupan sangkakala untuk kiamat yang saat itu mereka ditimpa oleh azab (yang tidak ada bagi mereka saat berselang) maksudnya, sesudah itu tidak akan ada saat hidup kembali seperti di dunia. Lafal Fawaaqin dapat pula dibaca Fuwaaqin.
016. (Dan mereka berkata) sewaktu Allah menurunkan firman-Nya, “Adapun orang-orang yang diberikan kepadanya kitabnya
289
dari sebelah kanannya…” (Q.S. Al-Haqqah, 19) (“Ya Rabb kami! Segerakanlah untuk kami catatan amal kami) yakni kitab catatan amal kami (sebelum hari berhisab”) mereka mengatakan hal ini dengan nada yang sinis dan mengejek.
017. Allah swt. berfirman, (“Bersabarlah atas segala apa yang mereka katakan; ingatlah hamba Kami Daud yang mempunyai kekuatan) dalam beribadah; tersebutlah bahwa dia sepanjang tahun selalu berpuasa sehari dan berbuka sehari; bangun pada tengah malam untuk melakukan salat, kemudian tidur selama sepertiga malam dan seperenam malam harinya lagi ia gunakan untuk salat (sesungguhnya dia amat taat) yakni selalu mengerjakan hal-hal yang menjadi keridaan Allah swt.
018. (Sesungguhnya Kami menundukkan gunung-gunung untuk bertasbih bersama dia di waktu petang) di waktu salat Isyak (dan pagi) di waktu salat Duha, yaitu di waktu matahari mencapai sepenggalah.
019. (Dan) Kami tundukkan pula (burung-burung dalam keadaan berkumpul) berkumpul untuk bertasbih bersama dengan dia. (Masing-masing) dari gunung-gunung dan burung-burung itu (amat taat kepada-Nya) taat bertasbih kepada-Nya.
020. (Dan Kami kuatkan kerajaannya) Kami kuatkan kerajaannya itu dengan para penjaga dan bala tentara; dan setiap malam mihrab Nabi Daud selalu dijaga oleh tiga puluh ribu pasukan (dan Kami berikan, kepadanya hikmah) yakni, kenabian dan ketepatan dalam berbagai perkara (dan kebijaksanaan dalam menyelesaikan perselisihan”) yaitu penjelasan yang memuaskan dalam semua urusan.
021. (Dan adakah) Istifham atau kata tanya di sini mengandung makna Ta’ajjub dan Tasywiq, atau dengan kata lain mengandung makna yang mendorong dan merangsang pendengar untuk mendengarkan kalimat-kalimat selanjutnya (sampai kepadamu) hai Muhammad (berita orang-orang yang berperkara ketika mereka memanjat pagar mihrab?) yaitu mihrab Nabi Daud, yang dimaksud adalah mesjidnya; demikian itu terjadi karena mereka dilarang masuk, sebab Nabi Daud sedang beribadah. Akhirnya mereka masuk dengan memanjat pagar mihrabnya. Makna ayat ialah apakah kamu telah mendengar berita dan kisah mereka?
022. (Ketika mereka masuk menemui Daud lalu ia terkejut karena kedatangan mereka. Mereka berkata, “Janganlah kamu merasa takut) kami (adalah dua orang yang bersengketa) menurut suatu pendapat dikatakan, bahwa yang bersengketa itu adalah dua golongan, demikian itu supaya sesuai dengan dhamir jamak yang sebelumnya. Menurut pendapat yang lain disebutkan bahwa orang yang bersengketa itu dua orang, sedangkan dhamir jamak diartikan dengannya. Lafal Al-Khashmu dapat diartikan untuk satu orang atau lebih. Kedua orang itu adalah dua malaikat yang menjelma menjadi dua orang yang sedang bersengketa. Persengketaan yang terjadi di antara keduanya hanyalah sebagai perumpamaan, dimaksud untuk mengingatkan Nabi Daud a.s. atas apa yang telah dilakukannya. Karena ia mempunyai istri sebanyak sembilan puluh sembilan orang wanita. Tetapi sekalipun demikian ia melamar istri orang lain yang hanya mempunyai seorang istri kemudian ia mengawininya dan menggaulinya (salah seorang dari kami berbuat zalim kepada yang lain, maka berilah keputusan antara kami dengan adil dan janganlah kamu menyimpang dari kebenaran) janganlah kamu berlaku berat sebelah (dan tunjukilah kami) bimbinglah kami (ke jalan yang lurus) yakni keputusan yang pertengahan dan adil.
023. (Sesungguhnya saudaraku ini) maksudnya, saudara seagamaku ini (mempunyai sembilan puluh sembilan ekor kambing) ini sebagai kata kiasan dari istri (dan aku mempunyai seekor saja. Maka dia berkata, ‘Serahkanlah kambing itu kepadaku) yakni jadikanlah aku sebagai suaminya (dan dia mengalahkan aku) atau dia menang atas diriku (dalam perdebatan'”) yakni dalam sengketa ini, dan lawannya pun mengalah.
024. (Daud berkata, “Sesungguhnya dia telah berbuat lalim kepadamu dengan meminta kambingmu itu) dengan maksud untuk menggabungkannya (untuk ditambahkan kepada kambingnya. Sesungguhnya kebanyakan dari orang-orang yang berserikat itu) yakni orang-orang yang terlibat dalam satu perserikatan (sebagian mereka berbuat lalim kepada sebagian yang lain, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh; dan amat sedikitlah mereka ini”) huruf Ma di sini untuk mengukuhkan makna sedikit. Lalu kedua malaikat itu naik ke langit dalam keadaan berubah menjadi ujud aslinya seraya berkata, “Lelaki ini telah memutuskan perkara terhadap dirinya sendiri.” Sehingga sadarlah Nabi Daud atas kekeliruannya itu. Lalu Allah berfirman, (Dan Daud yakin) yakni merasa yakin (bahwa Kami mengujinya) Kami menimpakan ujian kepadanya, berupa cobaan dalam bentuk cinta kepada perempuan itu (maka ia meminta ampun kepada Rabbnya lalu menyungkur rukuk) maksudnya bersujud (dan bertobat.)
025. (Maka Kami ampuni baginya kesalahannya itu. Dan sesungguhnya dia mempunyai kedudukan dekat pada sisi Kami) yakni dengan ditambahkan kebaikan baginya di dunia (dan tempat kembali yang baik) kelak di akhirat.
026. (Hai Daud, sesungguhnya Kami menjadikan kamu khalifah penguasa di muka bumi) yaitu sebagai penguasa yang mengatur perkara manusia (maka berilah keputusan perkara di antara manusia dengan adil dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu) kemauan hawa nafsu (karena ia akan menyesatkan kamu dari jalan Allah) dari bukti-bukti yang menunjukkan keesaan-Nya. (Sesungguhnya orang-orang yang sesat dari jalan Allah) dari iman kepada Allah (mereka akan mendapat siksa yang berat karena mereka melupakan) artinya, disebabkan mereka lupa akan (hari perhitungan) hal ini ditunjukkan oleh sikap mereka yang tidak mau beriman, seandainya mereka beriman dengan adanya hari perhitungan itu, niscaya mereka akan beriman kepada Allah sewaktu mereka di dunia.
027. (Dan Kami tidak menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya dengan batil) dengan main-main. (Yang demikian itu) yakni penciptaan hal tersebut tanpa hikmah (adalah anggapan orang-orang kafir) dari penduduk Mekah (maka neraka Waillah) Wail adalah nama sebuah lembah di neraka (bagi orang-orang yang kafir karena mereka akan masuk neraka.)
028. (Patutkah Kami menganggap orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh sama dengan orang-orang yang berbuat kerusakan di muka bumi? Patutkah pula Kami menganggap orang-orang yang bertakwa sama dengan orang- orang yang berbuat maksiat?) Ayat ini diturunkan sewaktu orang-orang kafir Mekah berkata kepada orang-orang yang beriman, “Sesungguhnya kami kelak di hari kemudian akan diberi seperti apa yang diberikan kepada kalian.” Lafal Am di sini untuk menunjukkan makna sanggahan, yakni jelas tidak sama.
029. (Ini adalah sebuah Kitab) menjadi Khabar dari Mubtada yang tidak disebutkan, yakni, Ini adalah Kitab (yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka memperhatikan) asal lafal Yaddabbaruu adalah Yatadabbaruu, kemudian huruf T a diidghamkan kepada huruf Dal sehingga jadilah Yaddabbaruu (ayat-ayatnya) maksudnya supaya mereka memperhatikan makna-makna yang terkandung di dalamnya, lalu mereka beriman karenanya (dan supaya mendapat pelajaran) mendapat nasihat (orang-orang yang mempunyai pikiran) yaitu yang berakal.
030. (Dan Kami karuniakan kepada Daud, Sulaiman) sebagai anaknya (dia adalah sebaik-baik hamba) maksudnya Sulaiman adalah sebaik-baik hamba. (Sesungguhnya dia amat taat) kepada Rabbnya, selalu bertasbih dan berzikir pada semua waktunya.
031. (Ingatlah ketika dipertunjukkan kepadanya di waktu sore) yakni sesudah matahari tergelincir (kuda-kuda yang tenang di waktu berhenti) lafal Ash-Shaafinaat adalah bentuk jamak dari lafal Shaafinah, artinya kuda yang kalau berhenti berdiri pada tiga kaki, sedangkan kaki yang keempatnya berdiri pada ujung teracaknya atau berjinjit. Lafal ini berasal dari kata Shafana Yashfinu Shufuunan (dan cepat pada waktu berlari) lafal Al-Jiyaad adalah bentuk jamak dari lafal Jawaadun, artinya kuda balap. Maksud ayat, bahwa kuda-kuda itu bila berhenti tenang, dan bila berlari sangat cepat. Tersebutlah bahwa Nabi Sulaiman memiliki seribu ekor kuda, kuda-kuda itu ditampilkan di hadapannya setelah ia selesai melakukan salat Zuhur, karena ia bermaksud untuk berjihad dengan memakai kuda sebagai kendaraannya untuk melawan musuh. Sewaktu penampilan kuda baru sampai sembilan ratus ekor ternyata waktu Magrib telah tiba, sedangkan ia belum melakukan salat asar. Hal ini membuatnya berduka cita.
032. (Maka ia berkata, “Sesungguhnya aku menyukai) artinya, mempunyai maksud (bersenang-senang terhadap barang yang baik) yakni kuda (hingga aku lupa untuk berzikir kepada Rabbku) lupa melakukan salat asar (sehingga tertutuplah) matahari (dari pandangan mata.”) artinya sehingga matahari itu tenggelam dan tidak kelihatan lagi.
033. (Ia berkata, “Bawalah kuda-kuda itu kembali kepadaku”) yaitu kuda-kuda yang ditampilkan tadi kemudian mereka membawanya kepada Nabi Sulaiman (lalu ia membabat kuda-kuda itu) dengan pedangnya (pada kaki-kakinya) lafal As-Suuq ini adalah bentuk jamak dari lafal Saaqun (dan pada lehernya) artinya Nabi Sulaiman menyembelih semua kuda-kuda itu kemudian memotong kakinya sebagai kurban untuk mendekatkan diri kepada Allah swt. Karena kuda-kuda itu ternyata membuatnya lalai dari salat; kemudian ia menyedekahkan daging-dagingnya. Akhirnya Allah menggantikan kudanya dengan kendaraan yang jauh lebih baik dan lebih cepat larinya, yaitu kendaraan angin; angin dapat diperintah untuk bertiup dengan membawanya ke mana saja yang ia kehendaki.
034. (Dan sesungguhnya Kami telah menguji Sulaiman) Kami telah mencobanya dengan suatu ujian, yaitu kerajaannya dirampas oleh orang lain. Demikian itu, karena ia pernah menikahi seorang perempuan yang ia sukai, hanya perempuan itu termasuk orang yang menyembah berhala, tanpa sepengetahuan Nabi Sulaiman. Dan tersebutlah bahwa kebesarannya itu terletak pada cincinnya kemudian pada suatu hari ketika ia bermaksud untuk pergi ke kamar mandi, ia melepaskan cincinnya itu. Lalu ia menitipkannya kepada salah seorang dari istrinya yang bernama Aminah, sebagaimana biasanya. Setelah ia pergi tiba-tiba datanglah makhluk jin yang menyerupai Nabi Sulaiman, kemudian jin itu mengambil cincin itu dari Aminah dan langsung memakainya (dan Kami dudukkan pada singgasananya sesosok jasad) yaitu jin tersebut, yang bernama Shakhr atau jin lainnya, kemudian jin itu menduduki singgasana Nabi Sulaiman. Ketika itu juga ia dikelilingi burung-burung dan lain-lainnya. Lalu muncullah Nabi Sulaiman dalam bentuk yang tidak seperti biasanya, yakni tanpa pakaian kebesaran, ia melihat bahwa di singgasananya telah duduk seseorang. Kemudian ia berkata kepada orang-orang yang ada di situ, “Aku adalah Sulaiman.” Akan tetapi orang-orang mengingkarinya (kemudian ia kembali) yakni kembali dapat merebut kebesarannya setelah selang beberapa hari; yaitu setelah ia berhasil merebut cincin kebesarannya, lalu memakainya dan duduk di atas singgasananya kembali.
035. (Ia berkata, “Ya Rabbku! Ampunilah aku dan anugerahkanlah kepadaku kerajaan yang tidak patut dimiliki) maksudnya, belum pernah dimiliki (oleh seorang jua pun sesudahku) artinya, yang tidak layak dimiliki oleh orang selainku. Pengertian ungkapan ini sama dengan makna yang terkandung di dalam firman-Nya yang lain, yaitu, ‘Maka siapakah yang akan memberinya petunjuk sesudah Allah?’ (Q.S. Al-Jatsiyah, 23) yakni selain Allah (sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Pemberi.”)
036. (Kemudian Kami tundukkan kepadanya angin yang berembus dengan baik menurut perintahnya) yakni berembus dengan lembut (ke mana saja yang ia kehendaki) sesuai dengan keinginan Nabi Sulaiman.
037. (Dan Kami tundukkan pula kepadanya setan-setan, semuanya ahli bangunan) yakni pandai membuat bangunan-bangunan yang menakjubkan dan aneh (dan penyelam) ahli menyelam di dalam laut untuk mengambil mutiara-mutiara yang terkandung di dalamnya.
038. (Dan setan yang lain) setan-setan yang lainnya (yang terikat) dirantai (dalam belenggu) yaitu, tangan mereka masing- masing diikatkan ke kepalanya dengan memakai belenggu.
039. Dan Kami berfirman kepada Sulaiman (Inilah anugerah Kami; maka berikanlah) maksudnya, berikanlah sebagian daripadanya kepada orang yang kamu sukai (atau tahanlah) maksudnya, tidak memberikannya (dengan tiada pertanggungjawaban) tanpa ada hisab bagimu dalam hal ini.
040. (Dan sesungguhnya dia mempunyai kedudukan yang dekat pada sisi Kami dan tempat kembali yang baik) penafsiran ayat ini sebagaimana yang telah lalu.
041. (Dan ingatlah akan hamba Kami Ayub ketika ia menyeru Rabbnya, “Sesungguhnya aku) bahwasanya aku (diganggu oleh setan dengan kepayahan) kemudaratan (dan siksaan”) yakni rasa sakit. Nabi Ayub menisbatkan atau mengaitkan hal tersebut kepada setan, sekalipun pada kenyataannya segala sesuatu itu berasal dari Allah swt. Dimaksud sebagai sopan santun Nabi Ayub terhadap Allah.
042. Dikatakan kepada Ayub (“Hantamkanlah) maksudnya hentakkanlah (kakimu) ke bumi, lalu ia menghantamkannya, setelah itu tiba-tiba mengalirlah mata air dari bekas hentakan kakinya. Kemudian dikatakan pula kepadanya (inilah air untuk mandi) artinya, mandilah kamu dengan air ini (yang dingin, dan untuk minum”) minumlah kamu daripadanya. Segeralah Nabi Ayub mandi dan minum dan hilanglah semua penyakit yang ada di dalam dan di luar tubuhnya.
043. (Dan Kami anugerahi dia dengan mengumpulkan kembali keluarganya dan Kami tambahkan kepada mereka sebanyak mereka) maksudnya, Allah menghidupkan kembali anak-anaknya yang telah mati itu, dan menambah pula kepadanya anak lain sejumlah anak yang telah mati itu (sebagai rahmat) sebagai nikmat dan karunia (dari Kami dan pelajaran) nasihat (bagi orang- orang yang mempunyai pikiran) yaitu bagi orang-orang yang berakal.
044. (Dan ambillah dengan tanganmu seikat rumput) yakni seikat rumput lalang atau seikat ranting-ranting (maka pukullah dengan itu) istrimu, karena Nabi Ayub pernah bersumpah, bahwa ia sungguh akan memukul istrinya sebanyak seratus kali deraan, karena pada suatu hari ia pernah tidak menuruti perintahnya (dan janganlah kamu melanggar sumpah) dengan tidak memukulnya, lalu Nabi Ayub mengambil seratus tangkai kayu Idzkhir atau kayu lainnya, lalu ia memukulkannya sekali pukul kepada istrinya. (Sesungguhnya Kami dapati dia seorang yang sabar. Dialah sebaik-baik hamba) adalah Nabi Ayub. (Sesungguhnya dia amat taat) kepada Allah swt.
045. (Dan ingatlah hamba-hamba Kami; Ibrahim, Ishak dan Yakub yang mempunyai kekuatan) dalam hal beribadah (dan pandangan) yang tajam dalam masalah agama. Menurut suatu qiraat lafal ‘Ibaadanaa dibaca ‘Abdanaa dalam bentuk Mufrad, sedangkan lafal Ibrahiim merupakan Athaf Bayan baginya, dan lafal-lafal yang sesudahnya diathafkan kepada lafal ‘Abdanaa. 046. (Sesungguhnya Kami telah menyucikan mereka dengan menganugerahkan kepada mereka akhlak yang tinggi) yaitu (selalu mengingatkan manusia kepada negeri akhirat) atau alam akhirat; maksudnya mengingatkan manusia kepada hari akhirat dan menganjurkan mereka untuk beramal baik sebagai bekal untuk menghadapinya. Menurut suatu qiraat dibaca Bikhaalishati Dzikrad Daar yaitu dengan dimudhafkan untuk menunjukkan makna Bayan, atau keterangan.
047. (Dan sesungguhnya mereka pada sisi Kami benar-benar termasuk orang-orang pilihan) yakni orang-orang yang terpilih (yang paling baik) lafal Al-Akhyaar ini adalah bentuk jamak dari lafal Khayyirun, artinya paling baik.
048. (Dan ingatlah akan Ismail, Ilyasa’) Ilyasa’ adalah Yasu’, dia seorang nabi; Huruf Alif dan lamnya adalah Zaidah atau tambahan (dan Zulkifli) yang masih diperselisihkan kenabiannya. Menurut suatu pendapat dikatakan, bahwa ia pernah menjamin seratus orang nabi yang berlindung kepadanya untuk menghindari pembunuhan. (Semuanya) artinya, masing-masing dari kesemuanya (termasuk orang-orang yang paling baik) lafal Al-Akhyaar adalah bentuk jamak dari lafal Khayyirun, artinya orang yang paling baik.
049. (Ini adalah kehormatan) bagi mereka, yaitu mendapat pujian yang baik di sini. (Dan sesungguhnya bagi orang-orang yang bertakwa) antara lain adalah termasuk mereka (benar-benar disediakan tempat kembali yang baik) nanti di akhirat.
050. (Yaitu surga Adn) menjadi Badal atau ‘Athaf Bayan bagi lafal Lahusna Ma-aab (yang pintu-pintunya terbuka bagi mereka) artinya, pintu-pintu surga itu terbuka lebar-lebar buat mereka.
051. (Di dalamnya mereka bertelekan) di atas dipan-dipan (sambil meminta buah-buahan yang banyak dan minuman di surga itu.)
052. (Dan pada sisi mereka ada bidadari-bidadari yang tidak liar pandangannya) yakni mereka hanya memandang kepada suaminya dan menundukkan pandangan mata dari yang lainnya (dan sebaya umurnya) umur mereka sebaya, yaitu sekitar tiga puluh tiga tahunan. Lafal Atraabun adalah bentuk jamak dari lafal Turbun.
053. (Inilah) hal-hal yang telah disebutkan itu (apa yang dijanjikan kepada kalian) dapat dibaca Yuu’aduuna atau Tuu’aduuna, kalau dibaca Tuu’aduna berarti Iltifat (pada hari berhisab) pada saat hari berhisab.
054. (Sesungguhnya ini adalah benar-benar rezeki dari Kami yang tiada habis-habisnya) yang tak putus-putusnya; jumlah ayat ini menjadi Haal dari lafal Larizqunaa, atau sebagai Khabar kedua dari Inna, artinya selama-lamanya.
055. (Beginilah) keadaan yang dialami oleh orang-orang yang beriman. (Dan sesungguhnya bagi orang-orang yang durhaka) kalimat ayat ini merupakan jumlah Isti’naf atau kalimat baru (benar-benar disediakan tempat kembali yang paling buruk.)
056. (Yaitu neraka Jahanam, yang mereka masuk ke dalamnya) mereka dimasukkan ke dalamnya (maka amat buruklah Jahanam itu sebagai tempat tinggal) artinya, hamparan yang paling buruk.
057. (Inilah) azab neraka; pengertian ini disimpulkan dari lafal sesudahnya (biarlah mereka merasakannya, minuman mereka air yang sangat panas) lagi membakar (dan nanah ahli neraka) dapat dibaca Ghassaaqun atau Ghasaaqun artinya nanah yang meleleh dari penghuni neraka.
058. (Dan azab yang lain) dapat dibaca dalam bentuk jamak sehingga menjadi Ukharu atau dapat pula dibaca dalam bentuk Mufrad sehingga bacaannya menjadi Aakharu (yang serupa itu) serupa dengan azab yang telah disebutkan tadi, yaitu air yang sangat panas dan cairan nanah (berbagai macam) beraneka ragam siksaan, maksudnya, azab mereka bermacam-macam.
059. Dan dikatakan kepada mereka sewaktu mereka diseret ke dalam neraka bersama dengan para pengikutnya (“Ini adalah suatu rombongan) suatu gelombang (yang masuk berdesak-desak) dijejalkan masuk (bersama kalian”) ke neraka. Kalimat itu dikatakan kepada mereka dengan nada yang keras; maka berkatalah pemimpin-pemimpin mereka yang durhaka, (“Tiadalah ucapan selamat datang kepada mereka) artinya, tiada kelapangan buat mereka (karena sesungguhnya mereka akan masuk neraka.”)
060. (Pengikut-pengikut mereka berkata) atau mengatakan, (“Sebenarnya kalianlah; tiada ucapan selamat datang bagi kalian, karena kalianlah yang menjerumuskan kami) ke dalam kekafiran (maka amat buruklah tempat tinggal”) bagi kami dan kalian, yaitu neraka.
061. (Mereka berkata) lagi, (“Ya Rabb kami! Barang siapa yang menjerumuskan kami ke dalam azab ini, maka tambahkanlah azab kepadanya dengan berlipat ganda) dua kali lipat azab yang diterimanya, sebagai balasan dari kekafirannya (di dalam neraka.”)
062. (Dan mereka berkata,) yakni orang-orang kafir Mekah, sedang mereka berada dalam neraka, (“Mengapa kami tidak melihat orang-orang yang dahulu kami anggap) sewaktu di dunia (sebagai orang-orang yang hina.”)
063. (Apakah kami dahulu menjadikan mereka olok-olokan) lafal Sukhriyyan dapat pula dibaca Sikhriyyan, yakni kami dahulu sewaktu di dunia menghina mereka. Huruf Ya pada lafal Sukhriyyan adalah Nasab; maksudnya apakah mereka tidak ada (ataukah karena tidak melihat) yakni terhalang (mata kami dari melihat mereka) sehingga mata kami tidak dapat melihat mereka. Yang mereka maksud adalah kaum muslimin yang miskin, seperti Ammar, Bilal, Shuhaib, dan Salman.
064. (Sesungguhnya yang demikian itu pasti terjadi) sudah pasti terjadinya, yaitu (pertengkaran penghuni neraka) sebagaimana yang telah dijelaskan tadi.
065. (Katakanlah) hai Muhammad kepada orang-orang kafir Mekah! (“Sesungguhnya aku hanya seorang pemberi peringatan) seorang yang memperingatkan kalian dengan neraka (dan sekali-kali tidak ada Tuhan selain Allah Yang Maha Esa lagi Maha Mengalahkan) semua makhluk-Nya.
066. (Rabb langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya Yang Maha Perkasa) yakni Maha Menang atas semua perkara-Nya (lagi Maha Pengampun”) terhadap kekasih-kekasih-Nya.
067. (Katakanlah) kepada mereka! (“Berita itu adalah berita besar.)
068. (Yang kalian berpaling darinya) dari Alquran yang aku beritakan dan aku datangkan kepada kalian; di dalamnya terdapat hal-hal yang tidak dapat diketahui, melainkan hanya dengan jalan wahyu. Yang dimaksud dengan berita yang besar itu ialah: 069. (Aku tiada mempunyai pengetahuan sedikit pun tentang Al-Mala’ul A’la) yakni para malaikat itu (ketika mereka berbantah- bantahan) tentang perihal Nabi Adam, ketika Allah berfirman, ‘Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi…’ (Q.S. Al-Baqarah, 30)
070. (Tidak) tiada (diwahyukan kepadaku, melainkan bahwa sesungguhnya aku) yakni aku ini (hanyalah seorang pemberi peringatan yang nyata”) artinya nyata peringatannya.
071. Ingatlah (ketika Rabbmu berfirman kepada malaikat, “Sesungguhnya Aku akan menciptakan manusia dari tanah) yaitu Adam.
072. (Maka apabila telah Kusempurnakan kejadiannya) telah sempurna kejadiannya (dan Kutiupkan) Kualirkan (kepadanya roh ciptaan-Ku) sehingga ia menjadi hidup. Dimudhafkannya lafal ruh kepada Allah dimaksud untuk memuliakan Nabi Adam. Roh adalah tubuh yang lembut dan tidak kelihatan oleh mata, yang membuat manusia dapat hidup karena memasuki tubuhnya (maka hendaklah kalian bersungkur dengan sujud kepadanya”) sujud penghormatan dengan cara membungkukkan badan.
073. (Lalu seluruh malaikat itu sujud semuanya) di dalam ayat ini terdapat dua Taukid, yaitu lafal Kulluhum dan lafal Ajma ‘uuna. 074. (Kecuali iblis) dia adalah bapaknya jin yang dahulunya campur bersama dengan malaikat (dia menyombongkan diri dan adalah dia termasuk orang-orang yang kafir) menurut ilmu Allah.
075. (Allah berfirman, “Hai iblis! Apakah yang menghalangi kamu sujud kepada yang telah Kuciptakan dengan kedua tangan kekuasaan-Ku?) maksudnya, yang telah Aku atur penciptaannya secara langsung; ungkapan ini dimaksud memuliakan kedudukan Nabi Adam, karena sesungguhnya setiap makhluk diciptakan oleh Allah secara langsung. (Apakah kamu menyombongkan diri) sekarang sehingga kamu tidak mau bersujud kepadanya; Istifham atau kata tanya di sini menunjukkan makna cemoohan (ataukah kamu merasa termasuk orang-orang yang lebih tinggi?”) merasa tinggi diri sehingga kamu bersikap takabur tidak mau bersujud.
076. (Iblis berkata, “Aku lebih baik daripadanya, karena Engkau ciptakan aku dari api, sedangkan dia Engkau ciptakan dari tanah.”)
077. (Allah berfirman, “Maka keluarlah kamu dari surga) menurut pendapat yang lain dari langit (sesungguhnya kamu adalah orang yang diusir) yang terusir.
078. (Sesungguhnya kutukan-Ku tetap atasmu sampai hari pembalasan”) yakni hari Allah melakukan pembalasan.
079. (Iblis berkata, “Ya Rabbku! Berilah aku tenggang waktu sampai hari mereka dibangkitkan”) sampai manusia dibangkitkan. 080. (Allah berfirman, “Sesungguhnya kamu termasuk orang-orang yang diberi tangguh.)
081. (Sampai kepada hari yang telah ditentukan waktunya”) yakni waktu tiupan sangkakala yang pertama atau hari kiamat.
082. (Iblis menjawab, “Demi kekuasaan Engkau, aku akan menyesatkan mereka semuanya).
083. (Kecuali hamba-hamba-Mu yang mukhlis di antara mereka”) yakni orang-orang yang beriman.
084. (Allah berfirman, “Maka yang benar adalah sumpah-Ku dan hanya kebenaran itulah yang Kukatakan”) dapat dibaca Falhaqqa Wal Haqqa atau Falhaqqu Wal Haqqa; kalau dibaca Nashab berarti dinashabkan oleh Fi’il yang sesudahnya. Bila lafal pertama dinashabkan, menurut suatu pendapat dikatakan, bahwa dinashabkan oleh Fi’ll yang telah disebutkan. Menurut pendapat yang lainnya lagi dinashabkan karena menjadi Mashdar, bentuk asalnya adalah Uhiqqal Haqqa. Menurut pendapat yang lainnya lagi karena huruf Qasamnya dicabut. Dibaca Rafa’ atas dasar karena menjadi Mubtada yang dibuang Khabarnya, bentuk asalnya adalah Falhaqqu Minnii. Menurut pendapat yang lainnya lagi bentuk asalnya adalah, Falhaqqu Qasami, dan jawab Qasamnya ialah kalimat berikutnya, yaitu:
085. (Sesungguhnya Aku pasti akan memenuhi neraka Jahanam dengan jenis kamu) berikut keturunanmu (dan dengan orang- orang yang mengikuti kamu di antara mereka) yakni umat manusia (semuanya.)
086. (Katakanlah! “Aku tidak meminta kepada kalian atas hal ini) atas penyampaian risalah ini (upah sedikit pun) persenan sedikit pun dari kalian (dan bukanlah aku termasuk orang-orang yang mengada-adakan) maksudnya, membuat-buat Alquran dari diriku sendiri.
087. (Tiada lain ini) Alquran ini (hanyalah peringatan) yakni nasihat dan peringatan (bagi semesta alam) maksudnya bagi jenis manusia, jin dan makhluk-makhluk yang berakal selain malaikat.
088. (Dan sesungguhnya kalian akan mengetahui) hai orang-orang kafir Mekah (berita Alquran) yaitu berita kebenarannya (setelah beberapa waktu lagi”) yakni pada hari kiamat nanti. Lafal ‘Alima bermakna ‘Arafa yakni mengetahui. Huruf Lam sebelumnya adalah Lam Qasam bagi lafal yang diperkirakan, bentuk asalnya adalah, Wallaahi Lata’lamunna.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Belanja Shopee Mom & Kids